Selasa, 11 Oktober 2011

Masihkah Menyukai Maksiat?

oleh Mashadi

Betapa banyaknya diantara manusia yang menghiasi hidupnya dengan maksiat. Tidak ada rasa takut, saat di mana kematian datangnya, dan dalam keadaan berlumuran dengan perbuatan maksiat. Betapa nasibnya kelak di akhirat, jika hidupnya selalu dihiasi dengan perbuatan maksiat.
Tetapi, sesungguhnya Allah Rabbul Alamin memerintahkan Nabi-Nya memohonkan ampunan bagi Mukmin. Allah berfirman :
"Malaikat-Malaikat yang memikul Arasy dan Malaikat yang berada disekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampunan bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan), 'Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesutu, maka berilah ampunan kepada orang-orangyang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala. Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka dan orang-orang yang shaleh diantra bapak-bapak mereka, dan isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang Yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu, maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar". (QS : Al-Mukmin : 7-9)

Itulah sebentuk do'a Malaikat bagi orang Mukmin yang bertaubat dan mengikuti ajaran al-Qur'an serta sunnah Rasul-Nya yang merupakan dua jalan keselamatan bagi mereka.
Sementara itu, ada orang-orang yang mempunyai "hobi" melakukan maksiat, tanpa tahu memahami akibatnya yang timbul dari hobinya itu. Maksiat telah menimbulkan bahaya yang besar bagi para pelakunya. Diantaranya :
Pertama, maksiat telah menimbulkan kerusakan bermacam-macam di muka bumi.
Pengaruh perbuatan maksiat dapat menimbulkan kerusakan di lautan, di udara, di ladang, tempat-tempat tinggal. Allah berfirman :
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS : ar-Rum :41)
Mujahid berkata, "Apabila orang yang zalim berkuasa, ia akan bertindak zalim dan membikin kerusakan. Sehingga Allah manahan turunnya hujan yang menyebabkan rusaknya tanam-tanaman dan keturunan. Allah tidak menyukai kerusakan.
Kedua, maksiat terjadinya gempa.
Diantara pengaruh maksiat terhadap bumi ialah,terjadinya gempa atau goncangan dan hilangya berkah. Rasulullah shallahu alaihi wassalam, pernah melewati reruntuhan perkampungan kaum Tsamud. Beliau melarang para sahabat memasuki reruntuhan perkampungan itu, kecuali dengan menangis. Beliau juga melarang meminum air mereka, dan memberi minum binatang-binatang dari sumur-sumur mereka.
Ketiga, maksiat menimbulkan pengaruh kesialan.
Imam Ahmad dalam kitabnya Al-Musnad menuturkan kutipan sebuah hadist, "Aku mendapatkan dalam tempat penyimpanan salah satu dinasti Bani Umayyah, sebiji gandum sebesar butir korma. Ia berada di dalam sebuah kantong yang bertuliskan : "Ini akan tumbuh pada zaman keadilan". Banyak bencana yang diturunkan oleh Allah Ta'ala akibat dari perbuatan dosa yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya.
Keempat, maksiat berpengaruh terhadap rupa dan bentuk.
Imam Tirmidzi dalam kitabnya al-Jami' meriwayatkan sebuah hadist dari Rasulullah shallahu alaih wassalam, yang menyatkan sesunguhnya beliau bersabda :
"Allah menciptkan Adam yang tingginya di langit mencapai enam puluh hasta. Lalu berangsur-angsur menyusut hingga seperti sekarang".
Apabila Allah ingin membersihkan bumi dari tindak kezaliman, kejahatan da pengkhianatan. Dia akan mengeluarkan Nabi-Nya Muhammad Shallahu alaihi wassalam, lalu Dia memenuhi bumi dengan keadilan.
Apabila Allah ingin membersihkan bumi dari tindak kezaliman, kejahatan, dan pengkhianatan, Dia akan mengeluarkan seorang hamba-Nya dari kalangan keluarga Nabi-Nya Muhammad shallahu alaihi wassalam, lalu Dia memenuhi bumi dengankeadilan tidak seperti sebelumnya yang penuh kejahatan.
Kelima, maksiat dapat memadamkan api ghirah.
Sesungguhnya ghirah atau cemburu adalah lambang kehidupan hati dan sumber kemaslahatannya. Membaranya api ghirah itu, seperti panasnya instink bagi kehidupan seluruh raga. Jika seorang merasa antipati terhadap dosa, dari hatinya akan keluar ghirah yang kuat terhadap dirinya sendiri, terhadap keluarganya dan terhadap orang lain. Tetapi, kalau ghirah di hati lemah, ia tidak mau menganggap buruk sesuatu yang jelas-jelas buruk.
Jika sudah pada tingkatan seperti itu, maka ini adalah pertanda kehancuran. Banyak orang yang tidak mau menganggap kezaliman dan kejahatan sebagai sesuatu yang buruk. Bahkan sebaliknya menganggap sesuatu yang baik. Semua karena maksiat.
Keenam, maksiat menghilangkan rasa malu di hati.
Rasa malu adalah pangkal seluruh kebajikan. Jika rasa malu hilang, maka hilang pula seluruh kebajikan. Rasulullah shallahu alaihi wassalam, "Rasa malu seluruhnya adalah kebajikan".
Sesungguhnya dosa dapat memperlemah rasa malu seseorang, bahkan terkadang bisa melenyapkannya secara total. Sehingga ia sudah tidak mau peduli dan terpengaruh terhadap keadaan dirinya yang dilihat serta diketahui banyak orang. Sekalipun sudah banyak orang yang menegurnya.
Ketujuh, maksiat melemahkan semangat hati seseorang untuk mengagungkan Allah.
Sesungguhnya perbuatan maksiat itu dapat melemahkan penghormatan seseorang kepada Tuhannya, dan hal ini sudah pasti terjadi. Mau tida mau. Sepanjang seseorang masih mau menghormati dan mengagungkan Allah, ia tidak akan berani berbuat maksiat kepadanya.
Kedelapan, maksiat menghilangkan rasa takut kepada Allah dalam hati.
Akibat perbuatan maksiat, Allah akan mencabut rasa takut kepada-Nya dari hati seseorang. Karena ia sudah berani mengabaikan perbuatan maksiat, maka Allah pun membalas dengan mengabaikannya. Sepanjang seorang hamba mau mencintai Allah, ia akan tetap dicintai oleh manusia. Sepanjang ia segan kepada Allah, ia pun akan disegani oleh mereka.
Firman Allah : "Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak ada seorang pun yang memuliakannya".
Kesembilan, maksiat mengeluarkan seorang hamba dari wilayah ihsan dan terhalang untuk memperoleh pahala orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya apabila kebaikan bersemayam di dalam hati seseorang, ia akan mencegahnya dari berbuat maksiat. Sehingga, kalau sedang menyembah Allah, ia seakan-akan melihat-Nya. Hal itu terjadi karena hatinya selalu mengingat, mencintai, dan berharap-harap cemas kepada Allah, sehingga seolah-olah ia dapat menyaksikan-Nya.
Firman-Nya :
"Sesungguhnya permohonan ampunan para Malaikat pemikul Arasy". (QS : al-Mukminun : 7)
Kesepuluh, maksiat melemahkan perjalanan hati kepada Allah dan negeri akhirat.
Perbuatan maksiat itu dapat menghambat, atau bahkan menghentikan, atau membatalkan perjalanan ke arah tujuan yang mulia. Sehingga, tidak akan ada langkah barang setapak pun ke sana. Malah celakanya bisa mengundurkan langkah ke belakang.
Dosa iut bisa mematikan hati, atau bisa membuatnya menderita suatu penyakit yang sangat mengerikan, atau yang pasti ia akan melemahkan kekuatannya sehingga dapat menimbulkan delapan hal negatif, yang Nabi shallahu alaihi wassalam, selalu memohon perlindungan daripadanya, yakni bingung, sedih, lemah, malas, pengecut, kikir, rongrongan hutang, dan pemaksaan orang kuat.
Dosa adalah faktor utama yang seseorang mengalami ke delapan hal tersebut, di samping dapat mendatangkan situasi yang genting.
Kesebelas, maksiat dapat menghilangkan kenikmatan dan mengundang siksa.
Dosa faktor utama yang paling potensial menghilangkan nikmat dari seseorang dan mengundang murka atau siksaan Allah. Firman Allah :
"Dan apa saja musibah yang menimpa kalian,maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian)". (QS : Asy-Syura : 30).
Meskipun, demikian masih banyak manusia yang tidak mau meninggalkan dosa dan maksiat, yang akhirnya menimbulkan penyesalan di hari akhirat. Wallahu'alam.

Sumber: http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/masihkah-berhobi-maksiat.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar